SATELITNEWS.ID, LEBAK—Untuk menghindari kerugian lebih banyak akibat cuaca ekstrem, sejumlah petani cabai di Kampung Bojongleles, Desa Bojongleles, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak memanen lebih awal. Salah satunya seperti dilakukan oleh Supiah. Ia memilih panen tanaman cabainya lebih awal agar tidak mengalami kerugian yang lebih besar seiring dengan cuaca ekstrem yang terus melanda.
“Kalau tidak terserang cuaca ekstrem biasanya saya manen 15 Kilogram. Tapi karena cuacanya tidak bersahabat, cabai yang didapat hanya 7 Kilogram saja,” kata Supiah, Selasa (21/06/2022). Supiah mengaku, hasil panen yang mengalami penurunan hampir 50 persen sudah menjadi hal biasanya ketika cuaca ekstrem melanda. Akan tetapi, dengan harga yang kini mengalami kenaikan sedikit membuat dirinya terobati.
“Dari kita (petani) cabai yang dijual itu kisaran Rp 50 ribu – Rp 60 ribu per Kilogramnya. Harga ini mengalami kenaikan cukup drastris jika dibandingkan dengan hari biasanya. Kita jual segitu, karena hasil panennya menurun akibat cuaca ekstrem,” ujarnya.
Dari puluhan tangkai cabai rawit hijau yang ditanam, kini hanya hitungan belasan saja yang tersisa. Tangkai – tangkai itu rusak akibat diterjang cuaca ekstrem. Tak ada pilihan lain selain memanen lebih awal guna menghindari kerugian lebih besar. “Ya hanya belasannya saja tanaman cabai yang tersisa. Sisanya rusak,” katanya.
Harga cabai oranye yang kini mencapai Rp120 ribu per Kilogram, di Pasar Rangkasbitung, kata Supiah, menjadi hal yang wajar. Karena minimnya pasokan akibat petani gagal panen sudah menjadi hal biasa ketika harga cabai naik. “Sudah tidak aneh lagi, ketika kita gagal panen harga pasti naik di pasaran,” imbuhnya.
Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Lebak, Dedi Setiawan membenarkan jika kenaikan harga cabai itu tidak terlepas dari cuaca ekstrem. “Cuaca ekstrem yang melanda sejumlah wilayah kabarnya membuat para petani cabai mengalami gagal panen. Kendati demikian, untuk saat ini pasokan terbilang aman,” kata Dedi. “Saya meminta kepada distributor untuk tidak memanfaatkan momen (gagal panen) ini meraup keuntungan lebih besar, hal itu agar harganya tidak terlalu tinggi,” timpalnya.(mulyana)