SATELITNEWS.ID, TANGERANG–Seharian kemarin, Indonesia dengan digegerkan kabar ditolaknya dai kondang, Ustaz Abdul Somad (UAS) masuk ke Singapura. Berbagai protes langsung dilayangkan warga +62 terhadap perlakuan negeri Lee Kwan Yew itu kepada UAS. Politisi hingga tokoh agama tak kalah kencangnya menyampaikan protes. Mendapat banyak protes itu, akhirnya Pemerintah Singapura buka suara.
Kabar ditolaknya dai jebolan Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir itu, berawal dari unggahan UAS di akun Instagram miliknya, @ustadzabdulsomad_official, Selasa 17 Mei 2022. Dalam postingannya itu, UAS mengunggah foto dan video saat dirinya dipaksa keluar dari wilayah Singapura.
Pada foto yang diunggah itu, UAS tampak menggunakan masker dan topi dalam ruangan berlatar putih. Dari video terlihat, UAS berada di ruangan sempit yang terdapat jeruji besi di atasnya.
“UAS di ruang 1×2 meter seperti penjara di imigrasi, sebelum dideportasi dari Singapore,” tulisnya dikutip dari rakyat merdeka.
Unggahan tersebut langsung dibanjiri komentar pengikutnya. Sampai tadi malam, postingan tersebut mendapat 4.500 komentar. Sebagian penasaran kenapa UAS bisa ditahan. Sebagian lagi langsung melayangkan kecaman kepada Singapura.
Dari keterangan yang disampaikan, UAS mengaku pergi ke Singapura bersama istri dan anaknya, serta sahabatnya untuk berlibur. Rombongan pun berangkat pada Senin (16/5) siang dari pelabuhan Batam, Kepulauan Riau.
Menurut UAS, semua persyaratan untuk masuk Singapura sudah lengkap. Bahkan, pihak imigrasi Singapura sudah mengeluarkan arrival card. Namun, begitu sampai di PelabuhanTanah Merah pada pukul 13.30 siang, pihak Imigrasi Singapura langsung memisahkan rombongan UAS. Petugas Imigrasi lalu memasukkan alumnus Darul Hadits Maroko itu, ke ruangan berukuran 1×2 meter.
“Ruang beratap jeruji. Selama 1 jam. Istri dan rombongan di ruang berbeda,” tuturnya.
Pukul 17.30, UAS dan rombongan dipulangkan ke Batam dengan menumpangi kapal feri terakhir. Meskipun dipaksa pulang, UAS mengaku tidak mendapat kejelasan apapun dari pihak Imigrasi Singapura.
Ia pun tidak habis pikir, mengapa Singapura memperlakukannya demikian. “Kami bukan teroris, dan lain-lain. Jika demikian perlakuan mereka terhadap orang-orang terdidik, apalagi terhadap WNI lain,” ungkapnya.
Kronologi yang disampaikan UAS itu menambahkan geram dan emosi. Berbagai kecaman menghujani lini masa Twitter. Mulai dari politisi, hingga warga biasa rame-rame menyatakan kekecewaannya terhadap Singapura.
Duta Besar RI untuk Singapura, Suryopratomo menjelaskan, Singapura melarang masuk UAS karena dianggap tidak memenuhi kriteria untuk berkunjung ke negeri Singapura. Kenapa demikian? Suryo enggan menjelaskan karena pihak Imigrasi Singapura tak bersedia memberi keterangan.
“Untuk lebih jelas lebih baik hubungi Kedubes Singapura di Jakarta, karena kewenangan itu sepenuhnya ada di Pemerintah Singapura,” kata Suryo.
Setelah mendapat atensi dari banyak pihak, KBRI mengirim nota diplomatik ke Kemlu Singapura untuk menanyakan alasan penolakan UAS.
“KBRI juga telah mengirimkan Nota Diplomatik kepada Kementerian Luar Negeri Singapura, guna menanyakan lebih lanjut alasan penolakan tersebut,” lanjut keterangan KBRI.
Di linimasa Twitter, tema soal UAS jadi trending topic. Berbagai kecaman datang kepada negeri Singa itu. Anggota Komisi I DPR Fadli Zon ikut mengecam. Kata dia, UAS adalah warga negara Indonesia terhormat, seorang ulama dan intelektual,. Kata dia, apa yang dilakukan Singapura merupakan bentuk penghinaan.
“Sangat tak pantas pihak Singapura memperlakukan UAS seperti itu, termasuk ‘deportasi’ tanpa penjelasan,” kicau @fadlizon. Ia meminta Dubes RI untuk Singapura mencari tahu apa yang terjadi dengan UAS dan tidak lepas tangan.
Imam Masjid di New York, Amerika Serikat Shamsi Ali ikut mempertanyakan sikap Singapura. Kata dia, saat ada warganya yang diperlakukan tidak hormat, pemerintah mestinya bergerak meminta klarifikasi.Iamengkau kecewa dengan sikap KBRI yang kurang sigap. “Negara besar itu selalu menjaga warganya,” kicau @shamsiali2.
Ketua Fraksi PAN Saleh Partaonan Daulay mengatakan UAS itu seorang yang disegani di Indonesia, dihormati di banyak negara. Termasuk di Malaysia, Brunei, dan banyak negara lain. Ia pun yakin, UAS sangat disukai dan diidolakan warga Melayu Singapura.
Menurut dia, apa yang dilakukan Singapura menimbulkan rasa tidak adil di hati rakyat Indonesia.
Senada, disampaikan pakar hukum tata negara Yusril Ihza Mahendra. Kata dia, demi hubungan baik Melayu-Islam di Asia Tenggara, Singapura harus memberikan penjelasan terkait tindakan terhadap UAS.
Mantan Menteri Hukum dan HAM ini menilai, UAS sebagai pemuka agama Islam yang dihormati masyarakat Indonesia. UAS, disebutnya, sebagai ulama garis lurus yang tidak aktif berurusan dengan kekuasaan dan hubungan antarnegara. Terlebih kehadiran UAS ke Singapura adalah kunjungan biasa, bukan untuk kegiatan ceramah.
Dalam konteks ASEAN Community yang hubungan erat antarwarga, penolakan terhadap kehadiran UAS dapat menimbulkan tanda tanya dalam hubungan baik antar-etnik Melayu dan Islam di Asia Tenggara,” kata Yusril.
Setelah mendapat kecaman bertubi-tubi, Singapura akhirnya buka suara. Kementerian Dalam Negeri (MHA) Singapura membenarkan UAS tiba di Terminal Feri Tanah Merah Singapura pada Senin 16 Mei 2022 dari Batam dengan enam pendamping perjalanan. Dalam rilis persnya, MHA menuding, UAS merupakan seseorang yang menyebarkan ajaran “ekstremis” dan “segregasi” sosial.
Selain itu, MHA menilai UAS mengajarkan gagasan-gagasan yang “tidak dapat diterima di Singapura, dengan masyarakatnya yang multiras dan beragam agama.” Sebagai contoh, pertama, UAS dikatakan pernah berceramah tentang keabsahan bom bunuh diri dalam konteks penjajahan Israel atas Palestina. UAS juga disebut pernah membuat komentar yang merendahkan anggota komunitas agama lain, seperti Kristen, dengan menggambarkan salib Kristen sebagai tempat tinggal ‘jin (roh/setan) kafir.
MHA juga mempersoalkan penggunaan istilah “kafir” untuk menggambarkan “orang-orang non-Muslim.” MHA menganggap, kedatangan UAS ke negaranya tidak sekadar kunjungan sosial biasa. Karena itu, Pemerintah Singapura “mengambil langkah serius.” Ditegaskan pula, diterbitkannya izin untuk masuk Singapura bukanlah hak atau sesuatu yang otomatis bagi siapapun yang hendak ke negara ini.
“Pemerintah Singapura memandang serius setiap orang yang menganjurkan kekerasan dan/atau mendukung ajaran ekstremis dan segregasi. Somad dan teman perjalanannya ditolak masuk ke Singapura,” demikian penutup pernyataan MHA. (rmid)