SATELITNEWS.ID, PANDEGLANG—Bekerja untuk menafkahi istri dan anak-anak di rumah merupakan tanggungjawab dan kewajiban seorang ayah. Namun demikian, terkadang ayah terlena dan terlalu nyaman dengan aktivitasnya di luar rumah.
Kehidupan di luar rumah memberikan kebebasan, an jalan termudah untuk mengobati kejenuhan atau kesemrautan yang terjadi, baik di rumah maupun di tempat bekerja.
Penanggungjawab Kelompok Pedagang Mikro Anak Indonesia (KPMAI) Norman Irawan mengatakan hampir lima tahun lebih ia merasakan bahwa jalanan jadi sandaran. Apapun yang terjadi dan dialaminya, ia coba selesaikan sendiri. Bahkan, dia menghabiskan waktunya untuk mengurusi kepentingan orang lain seperti kawan, sahabat, saudara, kolega dan lainnya.
Sementara urusan keluarga yakni anak dan istrinya dikesampingkan. Bahkan, dia lebih mempercayakan urusan rumah tangga kepada istrinya.
“Pokoknya, waktu itu saya lebih banyak habiskan waktu di luar rumah. Ngurusin pedagang, teman-teman, sahabat dan orang lain. Urusan di rumah, saya selalu minta istri untuk menyelesaikannya,” kata Norman, Senin (4/4).
Katanya, saat itu rumah hanya jadi tempat singgah. Karena pulang hanya untuk mandi, makan dan istirahat sebentar.
“Waktu itu saya banyak habiskan waktu di luar rumah, ke rumah hanya sebentar dan seperti singgahan saja. Saya rasakan, waktu itu emosi juga mudah kepancing,” tambahnya.
Beberapa bulan berjalan, dan tahun berganti tahun. Suatu hari, sekitar pukul 03.00 WIB, Norman dihampiri istrinya, Maya. Tak menyangka, istrinya melontarkan kata-kata yang tak pernah didengarnya seumur hidupnya.
“Sudahlah yah (Ayah,red). Sudah cukup, sekarang tolong fokus kepada keluarga kita. Ada aku istrimu dan anak-anak kita, yang butuh kamu ayahnya. Jangan ngurusin urusan orang lain melulu, ujung-ujungnya mereka cuma manfaatin kamu,”ujar Norman, menirukan pembicaraan istrinya.
Sambil merenung dan introspeksi diri, saat itu pula tiba-tiba Norman merasa sadar, ada kewajiban yang sudah diabaikannya selama ini. Diakuinya, saat itu ia menahan sedih dan tak terasa air mata menetes.
“Saya langsung tengok anak-anak yang sedang tidur, di kamarnya masing-masing,” ujarnya.
Sejak itu Norman menyadari bahwa keluarganya harus diselamatkan dan dijaga.
“Rumah adalah surga, istri dan anak-anak adalah bidadarinya,”ungkapnya.
Kedepan ia berharap, keluarganya tetap rukun. Anak-anak dapat tumbuh sehat, soleh dan solehah. Karena ayah 3 anak ini, juga berharap hubungan rumah tangganya lebih baik, rukun dan nyaman.
“Sebagaimana dalam Alquran, Allah SWT berfirman; Selamatkan dirimu dan keluargamu dari panasnya api neraka,” ucapnya.
Saat ini, Norman menambahkan, ketika ada persoalan atau masalah diluar, ia selalu menyelesaikannya dengan kembali ke rumah. Ia perlakukan istri dan anaknya, sebagaimana mestinya. Karena, persoalan yang dihadapinya di luar rumah, harus diketahui pula oleh istrinya.
“Sering-seringlah berbagi cerita dengan istri atau anak-anak. Karena, mereka harus tahu apa yang kita hadapi di luar, termasuk hal-hal yang sifatnya pribadi,” imbuhnya. (mardiana)