SATELITNEWS.ID, TANGERANG—Jumlah sekolah dasar yang membuka pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas di Kota Tangerang kembali bertambah. Setelah dibuka di 45 SD pada tahap pertama pekan lalu, PTM terbatas akan dilaksanakan di 180 SD pada tahap kedua, Senin (1/11).
Kepala Bidang SD Dinas Pendidikan Kota Tangerang Helmiati mengatakan penambahan dilakukan setelah pihaknya melakukan asesmen terhadap sekolah-sekolah tersebut. Dinas Pendidikan melakukan pengecekan protokol kesehatan di sekolah serta memastikan para orangtua siswa, baik ibu dan ayahnya, telah divaksinasi covid-19.
“Maka, 180 SD ini telah ditetapkan atau diperbolehkan menggelar PTM terbatas di tahap 2 ini. Totalnya, 225 SD dari 448 sekolah di Kota Tangerang akan melaksanakan PTM terbatas,” ungkap Helmiati, Minggu (31/11).
Ia menjelaskan, pantauan pada PTM tahap satu masih banyak anak-anak yang tegang, takut atau tak terbiasa dengan aktivitas sekolah yang ketat akan protokol kesehatan. Karena itu, Helmiati mengimbau para guru dapat berkreasi memberikan suasana sekolah yang menyenangkan. Sehingga, anak-anak bisa perlahan terbiasa lebih dulu, dengan proses sekolah tatap muka saat ini.
“Bisa saja guru atau sekolah di waktu-waktu tertentu nyalain lagu menggunakan speaker, lakukan senam bersama atau nyanyi bersama. Bebas saja sebenarnya, yang penting anak-anak senang di sekolah, tapi protokol kesehatan tetap terjaga,” tutup Helmiati.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pendidikan Kota Tangerang Jamaluddin menyatakan penambahan jumlah sekolah yang melakukan PTM terbatas akan dilakukan setiap pekan. Dia menilai PTM di 45 SD pada minggu pertama berjalan lancar. Menurutnya, sekolah melaksanakan protokol kesehatan dan SOP secara maksimal.
Untuk siswa SD yang melaksanakan PTM, kedua orang tuanya wajib sudah divaksinasi minimal dosis pertama. Jika belum, siswa tersebut akan melanjutkan dengan pembelajaran virtual.
“Syaratnya itu orang tua harus sudah divaksin. Iya biar target vaksin Pemkot ya tercapai jadi harus maksimal orang tua pada sehat semua anaknya sehat kan gitu,” ungkap Jamaluddin.
Jamaluddin mengatakan saat ini vaksinasi untuk siswa SD yang berusia 12 tahun sedang digencarkan. Targetnya ada sekitar 5.000-an siswa SD di Kota Tangerang yang akan mendapat vaksin tersebut.
“Kalau kemarin kita data itu ada 5.000-an siswa SD yang usia 12 tahun kemarin itu, tapi sekarang udah hampir selesai laporan dari Dinkes,” ujarnya.
Menurutnya, untuk vaksinasi ini siswa harus genap berusia 12 tahun. Jika belum, itu tidak bisa divaksinasi dan harus menunggu sampai usianya sudah genap 12 tahun.
Sementara itu, terkait vaksinasi anak, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) telah mengizinkan vaksin untuk anak usia 5 – 11 tahun. Vaksin buatan Pfizer-BioNTech menjadi vaksin Covid-19 pertama yang disetujui FDA untuk diberikan kepada anak-anak di AS.
FDA mengizinkan dosis vaksin Pfizer 10 mikrogram untuk anak-anak, lebih rendah dari 30 mikrogram dosis standar untuk usia 12 tahun ke atas. Untuk suntikan anak, FDA mengizinkan vaksin versi baru yang menggunakan buffer baru dan bisa disimpan di lemari pendingin sampai 10 pekan.
Menanggapi hal itu, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Puan Maharani menyambut baik rencana pemberian vaksin covid-19 bagi anak usia 5-11 tahun. Pemberian vaksin ini akan semakin memperluas cakupan warga negara yang terlindungi dari virus SARS-CoV-2.
Puan menegaskan, DPR siap mengawal proses pemberian emergency use authorization (EUA) vaksin Covid-19 bagi anak usia 5-11 tahun. Saat ini, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sedang melakukan pengkajian lebih lanjut.
“Setelah ditunggu-tunggu, kami bersyukur akhirnya rencana pemberian vaksin untuk anak usia 5-11 tahun mulai berjalan. Ini perkembangan baik karena prinsipnya, setiap warga negara usia berapa pun berhak atas kesehatan, termasuk terlindungi dari Covid-19,” kata Puan.
Anak-anak, lanjutnya, harus terlindungi dari ancaman Covid-19. BPOM pun diminta untuk tidak terburu-buru melakukan uji klinis karena prinsip keamanan vaksin harus menjadi prioritas. Saat ini, ada tiga merek vaksin Covid-19 yang sedang diuji klinis oleh BPOM untuk anak usia 5-11 tahun, yakni Sinovac, Sinopharm, dan Pfizer.
Puan berharap, proses uji klinis berjalan lancar sehingga target pemberian vaksin pada awal 2022 bisa terlaksana. Tidak lupa, ia meminta pemerintah menyiapkan berbagai sarana yang dibutuhkan untuk pelaksanaan vaksinasi bagi anak-anak usia 5-11 tahun sembari menunggu proses izin penggunaan vaksin.
“Fasilitas kesehatan dan tenaga medis harus disiapkan sebaik-baiknya di seluruh daerah. Mengingat sasaran vaksin untuk anak-anak, tentunya treatment juga harus disesuaikan,” jelasnya.
Puan meyakini, jika vaksinasi anak berjalan lancar, dunia pendidikan nasional akan kembali normal. Apalagi, pemerintah mendorong satuan pendidikan di daerah dengan status pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 1-3 untuk melaksanakan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas.
“Pembelajaran tatap muka untuk semua satuan pendidikan mutlak dilakukan agar anak-anak sebagai generasi penerus tidak kehilangan kualitas pendidikan. Jika seluruh anak usia sekolah sudah divaksinasi, pembelajaran bisa kembali dilakukan di sekolah seperti sebelum pandemi Covid-19 melanda,” ungkapnya. (made/jpc/gatot)
Diskusi tentang ini post