SATELITNEWS.ID, SERANG—Banten menutup keikutsertaannya pada PON XX Papua dengan meraih 10 medali emas, 15 perak dan 26 perunggu. Dengan perolehan medali tersebut. provinsi tanah jawara bercokol di posisi 14 klasemen akhir komperisi multievent terbesar di Indonesia tersebut.
Dibanding hasil PON 2016 Jawa Barat, prestasi di PON XX Papua ini memang mengalami penurunan meski tidak signifikan. Pada gelaran PON 2016 lalu, Banten menduduki posisi ke 13 dengan 11 emas, 10 perak dan 26 perunggu. Artinya, posisi di klasemen hanya turun 1 strip, dari 13 menjadi 14. Begitupun jumlah medali emas, yang jadi patokan utama di klasemen akhir, Banten kehilangan 1 emas. Tahun 2016 dapat 11 keping sedangkan tahun 2021 jadi 10 keping.
Sedangkan medali perak Banten tahun 2021 ini bertambah jumlahnya jadi 15 keping sementara tahun 2016 lalu hanya 10 keping Uniknya, jumlah perolehan medali perunggu dari PON 2016 tidak berubah di PON 2021 ini. Jumlahnya sama, 26 keping. Jika ditotal jumlah medali, maka perolehan medali Banten di PON XX Papua sebanyak 51 keping atau naik 4 keping dibanding hasil PON 2016 yang jumlahnya 47 keping.
Ketua KONI Banten Rumiah Kartoredjo menyatakan kontingen Banten diyakini hanya kurang beruntung di Bumi Cenderawasih. Menurut Rumiah, apa yang diperoleh Banten di Papua tak jauh berbeda dengan hasil di PON 2016 Jawa Barat.
Dilihat dari klasemen, Banten hanya turun 1 strip, dari posisi 13 ke urutan 14. Sedangkan dari raihan emas, Banten hanya kehilangan 1 emas, dari 11 keping menjadi 10 keping.
“Sementara, perunggu kita tetap jumlahnya. Yang justru melonjak tinggi adalah raihan perak, dari 10 di Jabar menjadi 15 di Papua. Sesungguhnya dari perak-perak inilah yang kurang beruntung menjadi emas,” paparnya.
Ditambahkan, kurang beruntungnya beberapa atlet Banten yang meraih perak bisa dilihat dari cabang olahraga panjat tebing, binaraga dan judo.
Atlet panjat tebing putri Banten Rajiah Salsabilla terpeleset saat tampil di final kontra atlet Bali. Padahal Rajiah sudah memimpin dan dipastikan juara karena sempat memecahkan rekor nasional di babak semifinal nomor Speed World Record itu. Sayang, kaki kanannya salah pijak. Rajiah pun harus puas dengan perak.
Contoh lain adalah binaragawan Banten Tjie Rachmad Wijaya yang harus puas dengan perak klas +85kg. Ofisial Banten dan beberapa provinsi lainnya melakukan aksi protes karena peraih emas dari Aceh berat badannya di bawah 85kg. Bukti berat badan atlet Aceh tak memenuhi syarat sempat viral. Sayang, semua bukti dan protes yang diajukan dimentahkan dewan hakim.
Lalu ada pejudo Banten Amanah Istiqomah di klas 52kg yang harus takluk dari lawannya Maryam Maharani dari DKI Jakarta akibat cedera lutut pasca operasi. Padahal, Amanah kerap unggul dari Maryam sejak bertemu di kategori pelajar.
“Faktor-faktor non teknis inilah yang saya maksud dengan istilah kurang beruntung bagi atlet-atlet kita. Saya sedih kalau lihat perjuangan mereka harus kandas karena hal-hal seperti itu, ” tutur purnawirawan Polri berusia 69 tahun ini.
Namun, Rumiah tetap angkat topi dan menghargai semua jerih payah dan perjuangan para atlet Banten untuk mengejar prestasi terbaik mereka. Ia juga berharap para atlet dan pelatih harus tetap semangat menatap masa depan. Pasalnya, Banten masih memerlukan mereka di multi event selanjutnya, yaitu PON XXI di Aceh dan Sumut tahun 2022.
Atlet, pelatih dan ofisial diminta harus optimis bahwa kelak cita-cita masuk jajaran elit olahraga nasional pasti akan tercapai oleh atlet-atlet Banten.
“Tak lupa, saya juga mengucapkan terimakasih dan penghargaan kepada semua atlet, pelatih dan ofisial yang telah berjuang dengan maksimal. Saya juga mohon maaf bila selama ini belum bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhan kalian, ” pungkas Rumiah yang akan mengakhiri jabatannya akhir 2021 ini.
Seperti diketahui, awalnya Banten ditarget masuk jajaran 10 besar oleh Gubernur dan Wakil Gubernur Banten. Banten diharapkan mampu memperbaiki posisi dari urutan 13 di PON XIX Jawa Barat 2016 dan masuk posisi elit 10 besar di PON XX Papua 2021.
Pemprov Banten menganggarkan dana sebesar Rp 23,4 miliar untuk kebutuhan berlaga di PON XX Papua. Sementara saat berlaga di PON XIX Jawa Barat, para atlet dibiayai Rp 75 miliar dari APBD Banten.
Sejak Provinsi Banten berdiri tahun 2000 lalu, Banten sudah mengikuti 5 kali gelaran multi event olahraga nasional ini. Kali pertama, Banten ikut PON tahun 2004 di Sumatera Selatan. Saat itu, Banten memperoleh 7 emas, 9 perak dan 31 perunggu. Saat itu Banten bercokol di posisi 20 klasemen akhir perolehan medali. Selanjutnya, pada PON 2018 di Kalimantan Timur, Banten turun peringkat ke urutan 22 dengan raihan 5 emas, 12 perak dan 30 perunggu. Sedangkan saat di PON 2012 di Riau, Banten hanya memperoleh 4 emas, 8 perak serta 18 perunggu. Pada klasemen akhir Banten ada di urutan 21.
Baru pada PON 2016 Jawa Barat, di bawah komando Ketua Umum KONI Banten Rumiah Kartoredjo, prestasi Banten melesat naik ke urutan belasan setelah sebelumnya harus puas di peringkat dua puluhan. (gatot)
Diskusi tentang ini post