
SATELITNEWS.ID, TANGSEL—Sudah 13 bulan lebih dokter Suhara Manullang merawat dan menyemangati para pasien Covid-19 di Rumah Lawan Covid-19 (RLC) Kota Tangerang Selatan. Suhara bukan hanya sekadar mengobati, melainkan juga meyakinkan penderita Covid masih bisa disembuhkan.
Suhara merupakan pengelola RLC-19. Dia bertugas sejak RLC-19 diresmikan, tepatnya tanggal 16 April 2020 lalu. Selain itu, dia juga menjabat sebagai Dewan Pengawas RSU Tangsel sejak 9 Juli 2020.

Sehari-hari, pria berusia 61 tahun dengan empat orang anak ini mengisi aktivitasnya mulai dari memeriksa jumlah peningkatan pasien Covid-19, menyapa pasien, hingga berkeliling lahan RLC-19 menjumpai pasien Covid-19 memberikan edukasi tentang Covid-19 secara benar dan tepat.
Saat mendapat tawaran menjadi pengelola RLC-19 Tangsel, dia menyadari bahwa ini sudah menjadi panggilan bukan hanya menjadi sebuah pekerjaan. Ketika itu dia melihat banyak air mata tumpah dari para keluarga pasien yang kehilangan kerabatnya lantaran terkena Covid-19. Maka dari itu dia memberanikan diri mengambil tanggung jawab tersebut, meskipun rasa takut terpapar kerap kali menghampirinya.
“Menurut saya, ini sudah panggilan untuk saya bukan penugasan lagi, menjadi bermanfaat untuk sesama manusia. Meskipun saya dan keluarga juga memiliki rasa takut yang sama seperti yang lain, takut karena kan pada saat itu belum ada obatnya. Tapi ya kalau takut semua ya gimana?” ujar Suhara saat ditemui di RLC di Kawasan Pertanian Terpadu, Ciater, Serpong, Kota Tangerang Selatan (Tangsel).
Pria berperawakan sedang ini melanjutkan, banyak kisah yang sudah dilewati selama 14 bulan bersama para pasien Covid-19. Salah satunya yang masih membekas di ingatannya adalah kisah seorang anak muda yang terpapar Covid-19 dan menularkan ke ibunya yang menyebabkan sang ibu meninggal dunia. Saat itu sang anak merasa sedih dan sangat terpukul hingga dia mengalami trauma yang cukup membuatnya stres. Ada juga kisah kisah ibu yang hanya memiliki pendapatan dari warung kecilnya namun saat pulang dari RLC-19 warungnya harus ditutup.
“Banyak sebenarnya kisah yang membuat saya sedih dan juga merasakan penderitaan mereka. Namun selain menjaga mereka, di sini kami berusaha membantu mereka yang memang terkena dampak Covid-19 salah satunya ibu-ibu yang ditutup warungnya itu,” tambahnya.
Pria berkaca mata ini melanjutkan, mereka yang terpapar Covid-19 tidak hanya memiliki masalah sampai sembuh, melainkan dari segi sosial juga terkena dampaknya. Maka dari itu, Suhara menyampaikan kepada masyarakat bahwa Covid-19 tidak se- bercanda itu, dimana virus ini tidak terlihat namun sangat mematikan.
Oleh karena itu, hanya dengan melihat senyum dari wajah pasien yang senang dengan pelayanan RLC-19 sudah sangat membuatnya bersemangat membantu orang lain. Kendati begitu, dia juga tidak lupa dengan para staf-nya yang sudah sentiasa membantu dan bekerjasama dengan baik.
“Saya sudah menganggap staf dan pasien saya sebagai keluarga saya. Saya senang melihat pasien saya sembuh. Hanya itu yang membuat saya bahagia dan senyum mereka sangatlah mahal bagi saya,”ungkapnya.
Suhara menyelesaikan pendidikannya di SD Soka 1 Bandung, SMP Negeri VI Bandung, SMA Negeri III Bandung dan berkuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. Ia lalu melanjutkan studinya mengambil program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat di Universitas Indonesia.
Kata Suhara, menjadi seorang dokter tidaklah mudah. Perjalanannya cukup sulit ketika dia sadar bahwa ibunya berjuang sendiri karena dirinya merupakan “korban” keluarga yang tak utuh (broken home) bersama lima orang saudaranya.
Selain itu, dia harus merelakan masa mudanya hanya fokus untuk belajar hingga lolos seleksi kedokteran. Salah satunya adalah merelakan hobinya menjadi seorang pemain sepak bola karena pada masa SMA-nya dia lolos seleksi tim sepakbola Persib Junior.
Perjuangannya pun bisa dijadikan teladan, sebab saat jelang wisuda, Suhara sempat berjuang demi mendapatkan uang untuk membeli perlengkapan wisuda. Dia menceritakan, kala itu ia sempat menawarkan jasa cetak undangan dan spanduk seminar kepada rekan-rekannya bahkan kepada dosennya. Meskipun perjalanannya sanga sulit, tapi akhirnya dia berhasil lulus pada 1988-1989. (mg4/made)
Diskusi tentang ini post