SATELITNEWS.ID, SERANG–Sebanyak 2.293 masyarakat Kabupaten Serang, menderita tuberkulosis atau TBC paru kategori SO, atau pengobatan cukup dengan minum obat selama enam bulan berturut-turut. Keberadaan mereka paling banyak, tersebar di lima zona seKabupaten Serang.
Demikian diungkapkan oleh Kordinator Implementasi Unit Konsorsium Komunitas Pena Bulu STPI, Tb Deni Faisal Hasim, saat ditemui disela-sela kegiatan memperingati hari tuberkulosis seDunia, di ruang Tb Suwandi Kabupaten Serang, Selasa (30/3).
Deni mengatakan, penderita di Kabupaten Serang secara umum masih kategori TB SO, yang artinya pengobatan cukup dengan minum obat selama enam bulan berturut-turut, dengan diawasi keluarga atau teman dekat.
Sedangkan untuk TB RO, sudah domain rumah sakit, ia harus dirawat dan mendapat penanganan berbeda dari TB SO. “Untuk Kabupaten Serang melihat TB SO, kalau dibilang sedikit, sedikit. Tapi namanya TBC, hampir sama dengan Covid penyebaran lewat udara. Jadi ketika orang batuk, sangat bahaya untuk masyarakat sekitarnya. Memang kalau persentase nggak masalah, tapi dari udara yang dikeluarkan,” kata Deni, Selasa (30/3).
Namun demikian, sampai saat ini belum ada penderita TB yang meninggal dunia. Sebab pasien TB RO, ditangani intens oleh Dinkes di RSDP. “Data Dinkes yang tercatat sampai Desember 2020, ada 2.293 (penderita tuberculosis),” ujarnya.
Ia menuturkan, untuk melakukan penyuluhan dan investigasi penyakit TB ini, pihaknya telah merekrut kader TB yang tersebar di 27 kecamatan. Sedangkan dua kecamatan, yakni Pulo Ampel dan Cinangka belum ada.
Sementara, Asisten Daerah (Asda) III Setda Kabupaten Serang, Ida Nuraida mengatakan, TBC masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia khususnya di Kabupaten Serang. Meskipun upaya pengendalian sudah dilakukan dengan strategi DOTS sejak tahun 1995 dibanyak negara, namun kasus masih ditemukan.
Ida mengatakan, penemuan pasien TB bertujuan untuk mendapatkan pasien TB melalui serangkaian kegiatan, mulai dari penjaringan terhadap terduga pasien TB, pemeriksaan fisik, laboratoris, menentukan diagnosa, klasifikasi penyakit dan tipe pasien TB.
“Sehingga dapat dilakukan pengobatan, agar sembuh dan tidak menularkan penyakitnya. Menemukan dan menyembuhkan pasien TB, adalah cara terbaik untuk pencegahan penularan TB, fokus DOTS adalah penemuan dan penyembuhan pasien. Prioritas diberikan pada semua pasien TB semua tipe. Strategi ini (DOTS) akan memutuskan penularan TB dan menurunkan TB di masyarakat,” imbuhnya. (sidik/mardiana)
Diskusi tentang ini post