SATELITNEWS.ID, TANGERANG—Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tangerang melalui Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) dan Dinas Kesehatan (Dinkes), mengelar Bimbingan Teknis Tim Tangerang Gemilang Cegah Stunting (TEGAS) Terkovengensi dan penyusunan Rencana kerja, di Hotel Lemo, Kecamatan Kelapa Dua, Rabu (3/3).
Kepala Bidang Sosial dan Budaya pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Tangerang, Sri Indri Astuti menjelaskan, tim ini terdiri dari beberapa Perangkat Daerah (PD) terkait dari lintas sektor, gunanya untuk pencegahan atau pengendalian stunting.
“Pencegahan stunting ini tidak bisa dilakukan dalam satu sektor, harus ada kerjasama lintas sektor dan bahkan harus bekerja sama dengan sektor swasta,” katanya.
Kegiatan ini dilaksanakan selama dua hari di Hotel Lemo, dengan menggunakan protokol kesehatan (Prokes) 4M yaitu, menggunakan masker, mencuci tangan di air yang mengalir, menjaga jarak dan menghindari kerumunan. Kegiatan ini juga bertujuan untuk memberikan bimbingan teknis kepada tim konvergensi stunting, terkait dengan upaya pengendalian atau penurunan stunting.
Perlu diketahui, stunting adalah masalah gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam waktu panjang, sehingga mengakibatkan terganggunya pertumbuhan anak.
“Program ini menjadi salah satu program prioritas pembangunan Pemerintah Kabupaten Tangerang. Ini terus dilaksanakan minimal sampai akhir Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2024, dengan menargetkan penurunan stunting sampai 14 persen,” jelas Indri.
Di saat yang sama, Plt Kepala seksi gizi Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Tangerang Dr. Sri Indriani menjelaskan, dari tahun 2020 program penurunan stunting ini sudah dijalankan dengan mengikuti lokus stunting yang ada di Kabupaten Tangerang. Menurutnya di tingkat desa lokus stunting yang sudah dilakukan pihaknya, adalah pemberian update tambah darah untuk ibu hamil, Pemberiaan Makan Bagi Anak (PMBA), dan Kader Remaja Anti Anemia (Kartini).
“Kami juga nantinya menggelar berbagai acara kesehatan yang dilakukan dari tingkat RW, kecamatan, hingga ke sekolah. Seperti kegiatan 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), pemberian tablet tambah darah untuk remaja putri, hingga kegiatan kelompok pendukung ASI untuk mendampingi ibu menyusui, agar dapat menyusui bayinya dengan ASI ekslusif,” ungkapnya.
Kemudian untuk balita lanjut Sri, pihaknya ada pemeriksaan untuk tumbuh kembang balita atau SJDTK. Pihaknya berharap dapat memantau pertumbuhan dan perkembangan balita, terutama untuk status gizi balita.
“Kami lakukan di seluruh desa satu tahun dua kali. Kami lakukan pemeriksaan status gizi di bulan Februari dan Agustus. Kami pantau status gizi balita dan menentukan anak-anak yang harus perlu intervensi khusus, terutama di bawah 2 tahun dari status gizi balita,” tandasnya. (aditya)
Discussion about this post