SATELITNEWS.ID, TANGERANG–Bencana banjir yang menerjang sebagian wilayah Kota Tangerang pada Sabtu, (20/2) lalu merangsang keprihatinan berbagai elemen. Tak terkecuali bagi para relawan yang terus mendedikasikan waktunya untuk menjamin keselamatan masyarakat yang terdampak banjir.
Relawan yang berasal dari berbagai kalangan dan instansi seperti Palang Merah Indonesia (PMI), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Badan SAR Nasional (Basarnas), Taruna Siaga Bencana (Tagana), Polri dan TNI langsung sigap tatkala bencana banjir menerjang sebagian wilayah Kota Tangerang pada Sabtu, (20/2) lalu. Berbagai upaya tanggap darurat mereka lakukan demi menyelamatkan para korban banjir.
Kala itu, hujan deras yang mengguyur langsung mengakibatkan banjir. Total ada 44 titik dari 12 kecamatan dan 15.876 jiwa terdampak banjir di Kota Tangerang.
Di Ciledug Indah, misalnya. Terjangan banjir langsung dengan cepat merendam perumahan tersebut dengan ketinggian 3 meter. Sama halnya dengan Perumahan Periuk Damai yang juga terendam air setinggi 3 meter.
Saat itu pula para relawan langsung sigap. Mereka tanggap darurat dan penyelamatan korban banjir. Evakuasi terus dilakukan sampai memastikan keselamatan dan keamanan para korban.
“Saya merasa menjadi pribadi yang seutuhnya bermanfaat. Menjadi pribadi yang mampu memanfaatkan ilmunya baik secara teori dan penerapan,” ujar Ketua Bidang Penanggulangan Bencana untuk PMI Kota Tangerang, Sony Maulana kepada Satelit News, Selasa (23/2).
“Mampu menjadi pribadi yang selalu berterima kasih sama pengalaman hidup sehingga suka itu bermuara pada poin yang pertama itu jadi suri tauladan dan bermanfaat,” tambah dia.
Suka duka selama menjadi seorang relawan kata dia sudah dilewati. Kendati lebih banyak sukanya. Lantaran, menjadi seorang relawan adalah panggilan kemanusiaan. Memastikan keselamatan manusia di saat genting menjadi kepuasan tersendiri bagi para relawan.
Namun demikian, di sisi lain mereka pula harus meninggalkan sementara zona nyamannya tatkala tanggal darurat bencana. Membagi waktu, tugas, pikiran dan tenaga dengan keluarga.
“Kalau keluarga memang harus ditinggalkan tapi di sela waktu luang kita bisa memanfaatkan teknologi menghilangkan rasa rindu sesaat dan itu menjadi kekuatan. Tambah semangat video call lihat anak,” kata Sony.
Meski begitu, dalam penyelamatan kata Sony dirinya memposisikan korban sebagai keluarga. Sehingga hal itu membuatnya terus semangat.
“Karena bahwa ketika kita menghadapi korban maka memposisikan korban sebagai keluarga adalah semangat yang tidak pernah hilang di pikiran saya sehingga korban seperti keluarga,” tuturnya.
Seorang penyelamat atau relawan lanjut Sony bukan memindahkan korban ke lokasi aman saja. Namun juga harus dapat memastikan dan memberikan rasa aman, nyaman serta mempertahankan kehidupannya dari ancaman nyama menjadi selamat.
“Di sisi lain seorang penyelamat harus mampu mengatur mental, ego, dinamika di lapangan, fleksibilitas semisal seorang penyelamat harus aman. Prioritas utama adalah aman, kemudian baru korban,” jelas ayah 2 anak ini.
Kemudian, bencana tak luput dari dapur umum. Setidaknya terdapat 44 dapur umum yang didirikan oleh para relawan untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat terdampak banjir.
Seperti di posko Periuk Damai. Dapur umum di posko tersebut dikelola olah warga. Para warga terdampak banjir pun turun tangan menyediakan pangan. Baik untuk para relawan ataupun warga terdampak banjir itu sendiri.
“Sehari itu sekitar 400 bungkus untuk warga dan relawan. Setiap hari kita masaknya,” tutur Warga RW 8 Perumahan Periuk Damai, Riska. Bahan pangan mereka peroleh dari berbagai kalangan donatur. Mulai dari nasi hingga telur.
Ketua Bidang Komunikasi dan Publikasi PMI Kota Tangerang, Andri S Permana mengatakan bantuan memang terus berdatangan. Baik dari Pemerintah Daerah maupun swasta. Bantuan yang diperoleh PMI Kota Tangerang kemudian disalurkan ke wilayah yang terdampak banjir.
“Bantuan ini kita menyasar ke wilayah yang belum terjamah bantuan. Seperti di Kelurahan Petir kemarin. Tujuannya adalah agar bantuan tidak menumpuk,” kata dia.
Bantuan yang diberikan itu berupa berbagai jenis untuk memenuhi kebutuhan baik sandang dan pangan. Seperti sembako, obat-obatan, pembalut dan popok.
“Kita kasih bahan mentahnya untuk dikelola di dapur umum,” jelasnya.
Kepala Bidang Divisi Sumber Daya Manusia (SDM) dan Organisasi untuk PMI Kota Tangerang, Tendi Yuliatno menjelaskan pihaknya di dapur umum mengupayakan standarisasi pangan bagi warga terdampak banjir. Kandungan kalori untuk 3 kali makan yakni 2.100. Pangan yang dibutuhkan untuk memenuhi kalori selama sehari mulai dari nasi, telur, roti dan sayur mayur.
“Kalau dulu kan 4 sehat 5 sempurna untuk memenuhi gizi sehari. Kalau sekarang kebutuhan gizi seimbang itu 2.100 kalori,” kata yang juga menjabat sebagai kepala dapur umum tanggap darurat PMI Kota Tangerang.
Kendati fokus di dapur umum, Tendi juga sigap dalam tanggap bencana seperti evakuasi para korban banjir. Menurut dia hal ini sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat manusia untuk saling bahu-membahu dan membantu.
“Panggilan hati ini pengen coba akhirnya bisa berkontribusi untuk kegiatan seperti ini,” kata Tendi.
Relawan yang pernah berkontribusi dalam tanggap darurat bencana Tsunami Aceh 2004 ini mengatakan sedikit duka yang dia rasakan selama menjadi relawan. Namum, terkadang, para relawan dibuat dongkol oleh korban.
“Masyarakat terkadang kurang paham dengan keselamatannya sendiri. Contoh saat kita evakuasi dia malah sekalian menyelamatkan barang-barang tanpa memikirkan keselamatannya. Sementara perahu evakuasi terbatas,” pungkasnya. (irfan/gatot)
Diskusi tentang ini post