SATELITNEWS.ID, TANGERANG, SN—Para pedagang daging sapi membuktikan ancamannya untuk mogok jualan. Lapak daging sapi di Pasar Malabar dan Pasar Anyar Kota Tangerang terlihat ditinggalkan pemiliknya, Rabu (20/1). Pedagang berencana melakukan aksi mogok hingga Jumat (22/1) mendatang, sesuai dengan surat edaran Dewan Pengurus Daerah Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI).
Pedagang daging sapi di Pasar Malabar, Jepri mengatakan mogok jualan terpaksa dilakukannya untuk menghormati pedagang lainnya. Terlebih pria 35 tahun ini juga jengah dengan harga daging sapi yang melonjak tinggi. Jepri berharap dengan menutup aktivitas sampai tiga hari kedepan, harga daging kembali normal dan penjualan menjadi meningkat.
“Penghasilan turun 70 persen ada, karena berat dari operasional. Mudah-mudahan didengar sama yang ata. Jangan sampai kayak gini,” kata Jefri.
Di hari pertama mogok jualan, Jepri menjelaskan ada beberapa pembeli yang tidak mengetahui informasi tersebut. Sehingga, mereka yang datang diberitahu bahwa hingga hari Jumat penjualan daging ditutup.
“Ada separuh, cuma kita punya bukti kalau misalkan ada demo dari pusat,”kata Jepri.
Salah satu pembeli dari Karawaci, Dini mengaku tidak mengetahui jika pedagang daging mogok jualan. Meski begitu, ia setuju dengan apa yang dilakukan ledagang daging tersebut. Sebab, ia menilai tujuan dari mereka untuk menurunkan harga daging.
“Belum, soalnya jarang lihat-lihat berita. Menurut saya setuju aja sih. Soalnya maksudnya juga baik agar harganya turun. Terus lagi pandemi juga, keuangan lagi susah susahnya,” ujar Dini.
Hal senada diungkapkan pedagang lainnya di Pasar Anyar, Adi Munandi. Meski tak berjualan, diakui pria 40 tahun ini masih ada konsumen yang mencari daging sapi.
“Ada yang nyari paling dua sampai tiga orang. Itu mereka yang belum ngerti aja. Belum ngerti infonya,” ujarnya.
Hal ini juga berdampak di Rumah Potong Hewan (RPH). Seperti di RPH Karawaci yang sejak Selasa, (19/1) lalu sudah tidak melakukan aktivitas pemotongan. Penanggung jawab RPH Karawaci, Widodo mengatakan sejak Selasa (19/1) malam pedagang daging sapi tidak ada yang datang.
“Sejak kemarin malam sepi, saya juga sudah dapat informasi dari para pedagang bahwa tidak akan berjualan karena tidak terima adanya kenaikan harga daging. Tetapi, kami sebagai penyedia jasa pemotongan tetap buka,” ujarnya.
Widodo menambahkan, selama RPH ini ada sejak tahun 2000, ini sudah kejadian yang ke-4 kalinya. Tetapi, untuk aksi mogok ini terlihat kompak karena seluruh pedagang daging sapi menolak berjualan karena harga yang sedang naik.
“Kalau saya lihat, aksi mogok ini paling kompak. Biasanya yang sudah, sudah walaupun ada mogok kenaikan harga daging masih ada pedagang yang melakukan pemotongan,” paparnya.
Ia menjelaskan, setiap harinya RPH Karawaci memotong sapi sebanyak 25 ekor, bahkan bisa lebih jika hari libur atau hari raya umat Islam seperti Idul Fitri dan Idul Adha.
“Aktivitas kami mulai bekerja pada pukul 20.30 WIB, dan biasanya motong 25 ekor sapi setiap harinya. Adanya aksi mogok ini, semalam tidak ada sapi yang dipotong,” ungkapnya.
Menanggapi aksi pedagang tersebut, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Tangerang meminta kepada Pemerintah Pusat khususnya Bulog untuk bisa segera menyelesaikan persoalan kenaikan harga daging sapi di Kota Tangerang.
“Kami berkoordinasi dengan Bulog untuk melakukan operasi pasar karena memang kewenangannya ada di mereka,” ujar Kepala Dinas IndagUKM Kota Tangerang, Teddy Bayu saat dihubungi melalui sambungan telepon, Rabu (20/1).
Untuk mengantisipasi kelangkaan daging sapi di pasaran akibat aksi mogok dari pedagang, pihak Pemkot juga meminta kepada Kementerian Perdagangan untuk menambah stok daging di Kota Tangerang.
“Kami telah mengirimkan surat ke kementerian untuk meminta penambahan stok daging sapi, untuk mengantisipasi kelangkaan daging akibat aksi mogok yang dilakukan para pedagang,” jelasnya.
Selain itu, lanjut Teddy, pihak pemkot melalui PD Pasar juga akan mencari pasokan sapi lokal di wilayah Banten.
Teddy mengungkapkan bahwa aksi mogok pedagang lebih disebabkan oleh kenaikan harga daging sapi impor dari Australia.
“Untuk wilayah Jadetabek itu kan mengandalkan import sapi dari Australia, dan daging sapi impor dari Australia naik secara mendadak sedang distributor serta pedagang nggak bisa jual karena ketinggian harganya.” terangnya.
“Tapi Jumat mereka mulai jualan lagi,” imbuhnya.
Terkait operasi pasar, Teddy menambahkan bahwa pelaksanaanya nanti akan menyasar para pedagang langsung dan akan dilaksanakan secara daring mengingat kondisi pandemi.
“Nanti akan kita tawarkan secara langsung ke padagang yang berminat secara online, karena jumlah dagingnya juga terbatas,” pungkasnya. (irfan/mg2/gatot)
Diskusi tentang ini post