SATELITNEWS.ID, CILEDUG–Sudah dua tahun lebih Anggraini berjibaku membangkitkan sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Kecamatan Ciledug Kota Tangerang. Kegigihannya membangun kelompok UMKM Ciledug Prima membuahkan hasil positif. Di masa pandemi Covid-19, UMKM justru menjadi sandaran bagi perekonomian sebagian warga yang rontok akibat gelombang PHK. Bagaimana kisahnya?
Prima Anggraini bergerak untuk membangkitkan sekaligus mengembangkan UMKM di Ciledug sejak tahun 2018 lalu. Awalnya, dia merasa gelisah melihat para pedagang yang seakan-akan tidak punya arah dan tujuan. Pedagang, kata warga Ciledug itu, hanya menjual produk dengan bungkus plastik tanpa memiliki cirri khas.
“Bermula di 2018 karena saya lihat banyak pedagang yang nggak punya arah tujuan. Produk yang hanya dibungkus plastik dan tidak ada ciri khasnya,” ujar Prima Anggraini Jumat, (7/1).
Neni sapaan Prima Anggraini mengatakan kepeduliannya memajukan UMKM juga muncul ketika melihat ibu rumah tangga yang mengandalkan pemasukan dari suami saja. Sehingga, dia bertekad dan berusaha menggandeng ibu-ibu untuk bersama-sama menggalakkan UMKM.
“Saya lihat ibu-ibu yang cuma ngegosip. Akhirnya saya bertekad majukan UMKM. Awalnya saya mengajak lima orang teman,” katanya
Bersama kelima kawannya, Neni memperkenalkan UMKM di setiap kelurahan di Kecamatan Ciledug. Dengan dibantu oleh pihak kecamatan, mereka mulai menyusun strategi untuk meyakinkan ke masyakarat kalau UMKM ini dapat menjadi sumber pemasukan yang menjanjikan.
Suka duka telah dia lewati saat memperkenalkan UMKM. Mulai tak mendapat sambutan yang baik hingga diusir oleh oknum petugas kelurahan yang menilai UMKM hanya Pedagang Kali Lima biasa.
“Dateng ke kelurahan diusir. Siapa sih lu UMKM apa?,”kata Neni.
Namun demikian, ibu empat anak ini tak patah arang. Semangatnya malah semakin terbangun. Menurut Neni, hal ini memang harus dia lewati sebelum memanen hasilnya.
“Tapi saya tidak patah semangat. Saya mau pedagang kaki lima itu jadi bintang lima,” kata Neni.
Beruntung, dukungan terus mengalir dari berbagai pihak. Sambutan positif bermunculan karena UMKM dinilai mampu meningkatkan kesejahteraan masyakarat.
“Saya usul ke Disperindagkop-UKM, pihak kecamatan Ciledug juga mendukung UMKM,” ujar Neni.
Hasilnya, kini di Kecamatan Ciledug telah terbina 300 UMKM yang tercatat sebagai anggota UMKM Ciledug Prima. Banyak dari mereka yang sudah mendapatkan hasilnya dari focus menjalankan UMKM. Kini, upayanya yang tak lelah memajukan UMKM menjadi percontohan bagi Pemerintah Kota Tangerang.
“Alhamdulilah upaya saya nggak sia-sia mulai dari 5 kini sudah ada lebih 300 anggota. Dulu saya melihat UMKM di Karawaci. Sekarang bisa mengalahkan Karawaci. Banyak juga produk anggota saya yang sudah terkenal,” kata Neni.
Wanita 39 tahun ini mengatakan pihaknya menggandeng Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMK (Disperindagkop dan UKM) Kota Tangerang. Terutama dalam meningkatkan pengetahuan bagi para calon dan pelaku UMKM.
“Kita beri arahan bagaimana cara memasarkan produk mulai dari pengemasan hingga memasarkannya seperti di online. Kita juga buat pelatihan itu,” kata Neni.
Omzet yang diperoleh anggotanya pun kata Neni beragam. Begitu juga dengan produk anggotanya. “Untuk di pojok Ciledug saja seminggu Rp 20 juta,” imbuh Neni.
Pojok UMKM Ciledug juga memiliki berbagai macam produk khasnya. Mulai dari sulfut jeli, bolu batik, bolu singit hingga bawang goreng khilya.
“Kita itu punya moto bergandeng tangan maju bersama. Jadi kita bersama-sama memajukan UMKM tanpa menjatuhkan satu sama lain,” kata Neni.
Neni mengatakan dalam menjalankan UMKM tak usah takut akan kegagalan. Menurut dia dari kegagalan dapat menjadi bahan koreksi untuk menjadi yang terbaik di kemudian hari.
“Ada modal, yakin dan jalankan. Kuncinya sabar, insyallah akan berkembang. Kita juga akan berikan arahan,” kata Neni.
Hal senada diungkapkan rekannya, Linawati. Wanita yang kerap disapa Regin ini mengatakan kalau membangun usaha mandiri memang tidak mudah.
“Sekarang UMKM sudah viral sudah ada buktinya. Dari pada di rumah untuk ibu-ibu lebih baik buat UMKM bantu pemasukan keluarga,” jelasnya.
Lisnawati mengatakan meski ditengah pandemi Covid-19 kata dia UMKM di Ciledug terus berkembang. Tak melulu mengandalkan pemasaran langsung. Namun, para pelaku UMKM lebih mengandalkan pemasaran melalui daring.
“Sekarang kan banyak itu (e-commerce). Jadi mereka kita bina agar manfaatkan teknologi. Jadi dipasarkan lewat online seperti di medsos atau di situs belanja online. Jadi kota dorong terus,” katanya. Sehingga, Pandemi Covid-19 pun tak terlalu mempengaruhi pemasukan para pelaku UMKM.
Pihaknya kata Regin juga telah banyak melahirkan UMKM baru di tengah pandemi Covid-19 ini. “Karena banyak yang di PHK, pemasukan berkurang jadi kita dorong ke UMKM,” pungkasnya. (irfan/gatot)
Diskusi tentang ini post