SATELITNEWS.ID, TANGERANG—Sebanyak 14.560 vaksin Covid-19 yang diperoleh Pemerintah Provinsi Banten pada tahap pertama termin pertama akan diperuntukkan kepada warga Kota Tangerang Selatan, Kota Serang dan pegawai Pemprov Banten. Kota Tangsel mendapatkan jatah vaksin paling banyak dengan 8.920 paket. Sementara Kota Serang memperoleh 3.380 dan Pemprov Banten sebanyak 2.260 vaksin.
Gubernur Banten Wahidin Halim menjelaskan, Kota Tangerang Selatan diprioritaskan karena mengalami peningkatan jumlah pasien Covid-19 yang sangat pesat. Sementara Kota Serang memperoleh vaksin terlebih dahulu karena berstatus ibu kota Banten.
“Kenapa hanya dua kota yang dapat? Karena masih kurang. Vaksinnya terbatas. Kota Serang dipilih karena ibu kota Banten dan Tangsel karena tingkat kematian karena Covid-19 tinggi di Banten,” kata Wahidin seusai rapat koordinasi PSBB bersama Pemerintah Daerah Tangerang Raya di Pendopo Bupati Tangerang, Jalan Kisamaun, Kota Tangerang, Senin (11/1).
Wahidin menjelaskan, vaksin yang akan diterima Banten pada tahap pertama termin kedua akan lebih banyak. Yakni sebanyak 72.430 vaksin. Sehingga dia mengklaim pembagian vaksin akan lebih merata pada tahap kedua mendatang.
Wahidin mengatakan pemberian vaksin perdana akan berlangsung pada Kamis, (14/1) mendatang. Setiap kepala daerah akan menjadi orang pertama di Banten yang menerima vaksin.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Banten Ati Pramuji Hastuti mengungkapkan, vaksinasi akan dilaksanakan oleh 5.695 tenaga vaksinator dengan tahap pertama akan diturunkan sebanyak 1.594 tenaga vaksinator.
“Sebanyak 245 Puskesmas dan 107 Rumah Sakit siap melaksanakan vaksinasi Covid-19,” pungkasnya.
Bupati Tangerang, Ahmed Zaki Iskandar tak mempersoalkan tentang vaksin yang akan diterima pada gelombang kedua. Lantaran jarak penerimaan vaksin gelombang kedua pun tak jauh dengan yang pertama.
“Karena memang terbatas. Mungkin di Minggu ketiga ini kita dapat yang gelombang kedua,” kata dia.
Untuk vaksinasi kata Zaki, Pemkab Tangerang telah menyiapkan 79 lokasi. Terdiri dari 54 puskesmas dan 25 Rumah Sakit se-Kabupaten Tangerang.
“Jadi nanti tergantung pasukan vaksinnya. Apabila pasokan vaksinnya banyak,” kata dia.
Sementara itu, setelah berbulan-bulan menunggu hasil kemanjuran atau efikasi vaksin Sinovac asal Tiongkok yang diuji di Bandung, akhirnya Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) mengumumkan efikasi atau tingkat kemanjuran vaksin. Berdasarkan hasil uji klinis fase 1 dan 2 di Tiongkok, lalu hasil uji klinis di Bandung dan hasil interim, menunjukkan vaksin Sinovac di Indonesia manjur 65,3 persen.
Berdasarkan data tersebut, sesuai data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) minimal batas kemanjuran yakni 50 persen, Kepala BPOM Penny K Lukito akhirnya menerbitkan Izin Penggunaan Darurat atau Emergency Use Authorization (EUA) pada Senin (11/1). Sehingga vaksinasi untuk melawan Covid-19 segera bisa dilaksanakan.
Menurut Penny, hasil evaluasi terhadap data dukung keamanan vaksin dengan nama CoronaVac yang diperoleh dari Turki, Brasil dan Indonesia setelah 3 bulan uji klinis fase 3 dan laporan interim tim riset Universitas Padjajaran, vaksin CoronaVac disebut aman dengan kejadian efek samping ringan hingga sedang. Ringan seperti nyeri pembengkakan di lokasi suntikan, nyeri otot dan demam. Dengan derajat berat, diare hanya 0,1 persen.
“Efek samping itu tak berbahaya dan dapat pulih kembali,” tegasnya dalam konferensi pers virtual, Senin (11/1).
Hasil evaluasi terhadap data dukung dan hasil evaluasi, Penny menyebutkan CoronaVac menunjukkan antibodi dalam tubuh, dan membunuh serta menetralkan virus. Dilihat dari uji fase 1 dan 2 di Tiongkok dan juga uji klinis fase 3 di Bandung, menunjukkan imunogenisitas menunjukkan hasil yang baik.
“Setelah 14 hari setelah suntikan awal uji klinis fase 3 menunjukkan 99,74 persen seropositif. Dan pada 3 bulan setelah penyuntikan menunjukkan 99,23 persen seropositif,” tegasnya.
Lalu efikasi atau kemanjurannya mencapai 65,3 persen di Indonesia. Dan di Turki 91,25 persen, dan Brasil 78 persen. Sudah sesuai dengan persyaratan WHO, minimal 50 persen.
“Hasil 65,3 persen ini diharapkan mampu turunkan hingga 65,3 persen. Tentunya akan sangat berarti tekan pandemi. Di samping upaya lain 3M yakni memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan pakai sabun,” kata Penny.
Sedangkan hasil evaluasi data BPOM terhadap mutu vaksin yaitu akan terus melakukan pengawasan bahan baku proses pembuatan hingga produk jadi. Dan tentunya sesuai dengan ketentuan cara pembuatan obat yang baik sehingga bisa dipastikan konsistensi mutu vaksin yang baik.
“Maka vaksin CoronaVac ini memenuhi persyaratan untuk diberikan EUA. Oleh karena itu pada hari ini Senin, 11 Januari, BPOM berikan persetujuan penggunaan EUA. Pengambilan keputusan diambil dari berbagai hasil. Dari rapat pleno tim penilai obatm tim ahli, ITAGI, dan ahli epidemiologi. Pengambilan keputusan ini diambil berdasarkan analisis, yang menunjang aspek keamanan khasiat dan mutu. BPOM senantisasi kedepankan kehati-hatian dalam rangka perlindungan kesehatan dan jiwa,” tutup Penny.
Sementara itu, Ketua Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) Prof Sri Rezeki menjelaskan vaksin Sinovac menggunakan virus yang dinonaktifkan. Sehingga gejala efek samping ringan atau KIPI sangat ringan.
“Itu adalah vaksin mati. Di dalam inactivated ini Bio Farma sudah jagonya nih. Vaksin Rabies, Hepatitis A, itu vaksin inactivated. Gejala KIPI-nya sangat ringan. Kenapa? Itu virus mati, kita harus tambahkan zat ajuvan,” jelas Prof Sri.
“Makanya vaksin itu meningkatkan respons imun, inilah yang bikin KIPI tetap ada tapi lokal. Makanya merah, bengkak setelah disuntik, tapi ringan,” tegasnya. (jarkasih/irfan/jpg/gatot)
Diskusi tentang ini post