SATELITNEWS.ID, PANDEGLANG—Tak sedikit di wilayah Kabupaten Pandeglang, saat ini fokus mengembangkan talas beneng. Pasalnya, pasar talas tersebut sedang bagus dan menguntungkan. Seperti yang dirasakan petani talas beneng di Kampung Ciherang, Desa Ciherang Jaya, Kecamatan Cisata.
Petani talas beneng, Ahmad Rojali mengaku sudah menanam talas beneng seluas tiga hektar lebih dan sudah beberapa kali panen. Baik itu panen daunnya maupun umbinya. Karena saat ini, kata dia, talas beneng itu tidak hanya umbinya saja yang bisa dijual, namun daunnya juga bisa dijual.
“Ya saat ini ada pemasaran ekspor, akan tetapi sejauh ini saya masih menjualnya ke penampung lokal seperti ke Bekasi, Bogor dan daerah lainnya. Karena untuk diekspor langsung ketersediaan barangnya belum mencukupi,” kata Rojali, Kamis (26/11).
Adapun soal harga ungkap Rojali, lumayan menjanjikan. Dikarenakan untuk umbinya saja yang belum diolah harganya sebesar Rp1.500/ kg. Apalagi lajutnya, kalau sudah diolah, harganya mencapai Rp8 ribu/ kg.
“Nah, harga daunya juga lumayan tinggi, bahkan hampir lebih mahal dibanding umbinya. Untuk yang basah itu Rp1.500/ Kg, kalau yang kering Rp18 ribu/ Kg,” jelasnya.
Rojali menjelaskan, untuk waktu penanamannya itu mulai dari menanam hingga panen membutuhkan waktu selama 4 bulan, itupun panen daunnya. Sementara untuk panen umbinya itu selama satu tahun.
“Selain menanam, kami juga mengolah hasil panennya seperti, daunnya diolah dulu baru dijual, baik yang masih basah maupun yang sudah kering. Begitupun umbinya juga ada yang diolah dulu dan ada yang langsung dijual,” pungkasnya.
Dia menambahkan, ekspor hasil panen talas beneng itu ke Negara Belanda dan Jerman. Bahkan sekarang ini juga sudah banyak permintaan dari beberapa negara lain. Namun ia tidak bisa memenuhi karena ketersediaan barangnya terbatas.
“Kalau permintaan sudah banyak, tapi karena barangnya terbatas, jadi kami belum bisa memenuhi pasar yang lebih luas lagi,” keluhnya.
Rojali mengaku, hanya mendapatkan kendala tak ada penyuluhan dari pemerintah, karena selama ini, ia dan petani lainnya menanam talas beneng secara otodidak. Namun kendala dalam pengolahan tambahnya lagi, di bagian pengeringan saja yang sedikit terhambat. Dikarenakan ia tidak memiliki alat pengering, sehingga jika musim hujan seperti ini produksinya terhambat.
“Ya, mudah-mudahan pihak pemerintah bisa membantu untuk menurunkan alat pengering. Karena jika musim hujan, pengolahan talas beneng yang kami lakukan terhambat,” harapannya.
Anggota DPRD Pandeglang dari Fraksi Golkar, Miftahul Farid Sukur mengatakan, jika ada kendala dalam pengembangannya, pihaknya siap mendorong dan memfasilitasi agar pemerintah daerah bisa membantu para petani talas beneng ketika ada kesulitan.
“Tentu saya sangat mendukung petani talas beneng ini. Karena petani ini sudah menggali dan mengembangan potensi alam untuk peningkatan ekonomi warga. Apalagi saat ini pasarannya cukup bagus, sehingga peluangnya cukup besar,” pungkasnya. (nipal/aditya)
Diskusi tentang ini post